Rabu, 28 Juli 2010

Hasil Lomba HUT ke-60 BPK PENABUR


Selamat dan sukses atas keberhasilan Ibu Dra. Ary Widi Kristiani dalam meraih Juara Membuat Modul Ajar dari Rumpun IPS  yang diadakan oleh BPK PENABUR Jakarta dalam rangka HUT ke-60 BPK PENABUR.

Dra. Ary Widi Kristiani


Tetap semangat berkarya, Tuhan Yesus memberkati.


 Sumber : BPK PENABUR ONLINE

Minggu, 16 Mei 2010

Kasih Kepada Orang Tua (Pohon Mangga dan Manusia)

Ada sebatang pohon mangga. Daunnya rimbun, sarat berbuah sepanjang tahun. Seorang anak kecil sangat senang bermain di pohon mangga setiap harinya. Memanjat ke puncak pohon, merayap ke dahan, dan memetik buahnya. Kemudian meluncur turun bersandar di batang pohon dan terlelap dalam kesejukan naungan daun yang rimbun. Ia mencintai pohon mangga itu dan demikian pula pohon mangga itu kepadanya.

Waktu berlalu dengan cepatnya. Anak kecil itu tumbuh menjadi remaja. Dia tidak lagi suka bermain-main dan tentunya jarang mendatangi pohon mangga itu.

Sampai suatu hari si remaja menghampiri pohon mangga dengan wajah muram. Pohon mangga menyambutnya dengan gembira:
"Mari bermain seperti dahulu".
"Saya bukan anak-anak lagi, saya sudah remaja, sudah tidak senang bermain".
"Lalu apa masalahmu. Katakanlah, mungkin saya dapat menolongmu," pohon mangga membujuk.
"Begini, saya ingin mempunyai kecapi yang merdu untuk menghibur kekasihku," si remaja ini mengutarakan kemusykilannya.
"Oh, itu mudah, petiklah buahku, kemudian juallah untuk memperoleh uang. Maka engkau dapat membeli kecapi yang merdu".

Si remaja itu bangkit semangatnya. Dipetiknya buah mangga itu sampai tak bersisa. Pohon mangga tampak gembira, karena telah mengeluarkan si remaja itu dari kesusahannya.

Suatu hari remaja itu datang lagi ke pohon mangga. Bergembiralah pohon mangga memanggilnya untuk bermain.
"Saya tidak punya waktu untuk bermain, saya telah dewasa, telah beristeri,"
ujar remaja yang telah dewasa itu.
"Lalu kesulitan apa pula, boleh jadi saya dapat menolongmu lagi," kata pohon mangga. "Begini, saya membutuhkan rumah tempat tinggal". Belum sempat pemuda dewasa itu mengakhiri kalimatnya, pohon mangga menyela:
"O, mudah pangkaslah semua dahan, dan cabang batangku, cukuplah itu untuk mendirikan rumah. Pemuda itu lalu memangkas. Maka tinggallah pohon mangga seperti tonggak, hanya batang tanpa dahan, cabang, ranting bahkan daun. Tumbuh tidak, matipun tidak.

Waktu berlalu, datanglah si pemuda itu ke pohon mangga yang sudah menjadi tonggak.
"Boleh jadi inilah yang terakhir saya minta nasihat kepadamu. Saya sudah menjelang manula. Aku ingin menikmati hari tua, berlayar di danau. Bagaimana mungkin saya mendapatkan perahu,?"
"Tebanglah batangku pada pangkalnya, buatlah perahu", kata akhir pohon mangga.

Kini pohon mangga yang dahulu berdaun rimbun, berbuah lebat, hanya tinggal akar-akarnya saja yang tersembul sedikit di atas tanah.
Musim dan tahun berganti. Laki-laki yang sudah tua renta itupun datang kembali. Yang diinginkannya hanya sekedar melabuhkan dirinya berbantalkan akar pohon mangga.

Pohon mangga ibarat kedua orang tua kita. Ketika kecil kita senang bermain dengan mereka. Tatkala dewasa, kita tinggalkan beliau berdua, hanya datang bila dianggap perlu. Padahal bagaimanapun keadaan mereka, orang tua tetap akan memberikan segalanya kepada kita. Selayaknyalah kita mendoakan kedua orang tua kita

Rabu, 21 April 2010

Bahkan Seorang Anak Berusia 7 Tahun Melakukan Yang Terbaik Untuk .......

Kisah berikut ini sangat menyentuh perasaan, dikutip dari buku "Gifts From The Heart for Women" karangan Karen Kingsbury. Buku ini dapat Anda peroleh di toko buku Gramedia, maupun toko buku lainnya.

Di sebuah kota di California, tinggal seorang anak laki2 berusia tujuh tahun yang bernama Luke. Luke gemar bermain bisbol. Ia bermain pada sebuah tim bisbol di kotanya yang bernama Little League. Luke bukanlah seorang pemain yang hebat. Pada setiap pertandingan, ia lebih banyak menghabiskan waktunya di kursi pemain cadangan. Akan tetapi, ibunya selalu hadir di setiap pertandingan untuk bersorak dan memberikan semangat saat Luke dapat memukul bola maupun tidak.

Kehidupan Sherri Collins, ibu Luke, sangat tidak mudah. Ia menikah dengan kekasih hatinya saat masih kuliah. Kehidupan mereka berdua setelah pernikahan berjalan seperti cerita dalam buku-buku roman. Namun, keadaan itu hanya berlangsung sampai pada musim dingin saat Luke berusia tiga tahun. Pada musim dingin, di jalan yang berlapis es, suami Sherri meninggal karena mobil yang ditumpanginya bertabrakan dengan mobil yang datang dari arah berlawanan. Saat itu, ia dalam perjalanan pulang dari pekerjaan paruh waktu yang biasa dilakukannya pada malam hari. "Aku tidak akan menikah lagi," kata Sherri kepada ibunya. "Tidak ada yang dapat mencintaiku seperti dia". "Kau tidak perlu menyakinkanku," sahut ibunya sambil tersenyum. Ia adalah seorang janda dan selalu memberikan nasihat yang dapat membuat Sherri merasa nyaman. "Dalam hidup ini, ada seseorang yang hanya memiliki satu orang saja yang sangat istimewa bagi dirinya dan tidak ingin terpisahkan untuk selama-lamanya. Namun jika salah satu dari mereka pergi, akan lebih baik bagi yang ditinggalkan untuk tetap sendiri daripada ia memaksakan mencari penggantinya."

Sherri sangat bersyukur bahwa ia tidak sendirian. Ibunya pindah untuk tinggal bersamanya. Bersama-sama, mereka berdua merawat Luke. Apapun masalah yg dihadapi anaknya, Sherri selalu memberikan dukungan sehingga Luke akan selalu bersikap optimis. Setelah Luke kehilangan seorang ayah, ibunya juga selalu berusaha menjadi seorang ayah bagi Luke. Pertandingan demi pertandingan, minggu demi minggu, Sherri selalu datang dan bersorak-sorai untuk memberikan dukungan kepada Luke, meskipun ia hanya bermain beberapa menit saja. Suatu hari, Luke datang ke pertandingan seorang diri. "Pelatih", panggilnya. "Bisakah aku bermain dalam pertandingan ini sekarang? Ini sangat penting bagiku. Aku mohon ?" Pelatih mempertimbangkan keinginan Luke. Luke masih kurang dapat bekerja sama antar pemain. Namun dalam pertandingan sebelumnya, Luke berhasil memukul bola dan mengayunkan tongkatnya searah dengan arah datangnya bola. Pelatih kagum tentang kesabaran dan sportivitas Luke, dan Luke tampak berlatih extra keras dalam beberapa hari ini.

"Tentu," jawabnya sambil mengangkat bahu, kemudian ditariknya topi merah Luke. "Kamu dapat bermain hari ini. Sekarang, lakukan pemanasan dahulu." Hati Luke bergetar saat ia diperbolehkan untuk bermain. Sore itu, ia bermain dengan sepenuh hatinya. Ia berhasil melakukan home run dan mencetak dua single. Ia pun berhasil menangkap bola yang sedang melayang sehingga membuat timnya berhasil memenangkan pertandingan. Tentu saja pelatih sangat kagum melihatnya. Ia belum pernah melihat Luke bermain sebaik itu. Setelah pertandingan, pelatih menarik Luke ke pinggir lapangan. "Pertandingan yang sangat mengagumkan," katanya kepada Luke. "Aku tidak pernah melihatmu bermain sebaik sekarang ini sebelumnya. Apa yang membuatmu jadi begini?"

Luke tersenyum dan pelatih melihat kedua mata anak itu mulai penuh oleh air mata kebahagiaan. Luke menangis tersedu-sedu. Sambil sesunggukan, ia berkata "Pelatih, ayahku sudah lama sekali meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil. Ibuku sangat sedih. Ia buta dan tidak dapat berjalan dengan baik, akibat kecelakaan itu. Minggu lalu,......Ibuku meninggal." Luke kembali menangis. Kemudian Luke menghapus air matanya, dan melanjutkan ceritanya dengan terbata-bata "Hari ini,.......hari ini adalah pertama kalinya kedua orangtuaku dari surga datang pada pertandingan ini untuk bersama-sama melihatku bermain. Dan aku tentu saja tidak akan mengecewakan mereka.......". Luke kembali menangis terisak-isak.

Sang pelatih sadar bahwa ia telah membuat keputusan yang tepat, dengan mengizinkan Luke bermain sebagai pemain utama hari ini. Sang pelatih yang berkepribadian sekuat baja, tertegun beberapa saat. Ia tidak mampu mengucapkan sepatah katapun untuk menenangkan Luke yang masih menangis. Tiba-tiba, baja itu meleleh. Sang pelatih tidak mampu menahan perasaannya sendiri, air mata mengalir dari kedua matanya, bukan sebagai seorang pelatih, tetapi sebagai seorang anak..... Sang pelatih sangat tergugah dengan cerita Luke, ia sadar bahwa dalam hal ini, ia belajar banyak dari Luke. Bahkan seorang anak berusia 7 tahun berusaha melakukan yang terbaik untuk kebahagiaan orang tuanya, walaupun ayah dan ibunya sudah pergi selamanya............

Luke baru saja kehilangan seorang Ibu yang begitu mencintainya........ Sang pelatih sadar, bahwa ia beruntung ayah dan ibunya masih ada. Mulai saat itu, ia berusaha melakukan yang terbaik untuk kedua orangtuanya, membahagiakan mereka, membagikan lebih banyak cinta dan kasih untuk mereka. Dia menyadari bahwa waktu sangat berharga, atau ia akan menyesal seumur hidupnya...............

Hikmah yang dapat kita renungkan dari kisah Luke yang HANYA berusia 7 TAHUN : Mulai detik ini, lakukanlah yang terbaik utk membahagiakan ayah & ibu kita. Banyak cara yg bisa kita lakukan utk ayah & ibu, dgn mengisi hari-hari mereka dgn kebahagiaan. Sisihkan lebih banyak waktu untuk mereka. Raihlah prestasi & hadapi tantangan seberat apapun, melalui cara-cara yang jujur utk membuat mereka bangga dgn kita. Bukannya melakukan perbuatan2 tak terpuji, yang membuat mereka malu. Kepedulian kita pada mereka adalah salah satu kebahagiaan mereka yang terbesar. Bahkan seorang anak berusia 7 tahun berusaha melakukan yang terbaik untuk membahagiakan ayah dan ibunya.

Bagaimana dengan Anda ?
Berapakah usia Anda saat ini ?
Apakah Anda masih memiliki kesempatan tersebut ?
Atau kesempatan itu sudah hilang untuk selamanya.

Sabtu, 03 April 2010

Rendah Hati

"Kalau saya lihat, Mother Theresa adalah orang yang tidak memiliki apa-apa. Hampir semua kekayaan yang dia miliki dia pergunakan untuk membantu orang lain. Tetapi di mata saya, Mother Theresa adalah orang yang sangat kaya. Bagaimana tidak, ketika dia ingin berangkat ke satu negara atau satu tempat, tanpa pusing-pusing pesawat jet pribadi sudah ada yang menyiapkan. Sampai di satu negara, berebut orang yang ingin menjemputnya dengan mobil terbaiknya. Ketika dia berkata bahwa dia ingin membantu orang di tempat mana yang sedang kesulitan, seketika itu juga terkumpul dana dalam jumlah yang sangat besar.

Mother Theresa tidak perlu memiliki mobil dan rumah mewah, tetapi hampir semua pemimpin negara mendengarkan apa yang dia ucapkan. Bahkan, tidak segan Mother Theresa menegur pemimpin negara yang menurut beliau sudah tidak mengindahkan etika dan moral. Theresa merasa tidak perlu untuk memiliki harta yang justru akan membuatnya tidak bebas.

Alangkah senangnya memiliki hidup seperti itu. Mother Theresa memiliki kekayaan yang belum tentu dimiliki oleh orang lain, yang belum tentu dimiliki seorang oleh orang-orang kaya, yaitu memiliki kekayaan hati yang luar biasa. Rendah hati, peduli dengan sesama, tidak memandang rendah orang lain, adalah harta tak ternilai bagi seorang Mother Theresa. Mother Theresa tahu, bahwa pada saat Tuhan memanggilnya nanti, kekayaan tidak akan ikut dibawa mati. (http://love-tazmania.blog)

Tuhan yesus menginginkan kita sebagai manusia untuk memiliki sikap rendah hati meneladani diri-Nya lihat firman Allah dalam Filipi 2:8 : " Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati bahkan sampai mati dikayu salib dan kita lihat apa yang dikerjakan Allah pada manusia (Yesus) dalam ayat 9 dikatakan itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya Nama diatas segala nama supaya dalam Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada diatas bumi dan yang ada dibawah bumi" dan segala lidah mengaku: "Yesus kristus adalah Tuhan bagi kemuliaan Allah Bapa! "

Bayangkan dengan hanya merendahkan diri saja dan bukan karena kehebatan-Nya sebagai Allah/Tuhan, Ia amat sangat ditinggikan karena Allah amat sangat membenci manusia-manusia yang meninggikan diri/congkak dalam Yakobus 4:6b: "kerena itu Ia katakan "Allah menentang orang yang congkak tetapi mengasihani orang yang rendah hati. Rendahkanlah dirimu dihadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu. Jadi jelas disini dapat kita lihat bahwa bukan orang yang merasa dirinya hebat karena memang ia melakukan hal-hal yang hebat yang ditinggikan Allah tapi justru orang yang merendahkan dirilah yang berkenan dihadapan Allah. "

Jadi intinya bila kita hidup merendahkan diri Allah bukannya diam saja tapi justru peninggian itu didapat dari Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang umat-Nya. Betapa bahagianya bagi kita umat-umat Allah, Ia memberi kemudahan pada kita dengan merendahkan diri saja kita mendapat penghormatan yang mulia dari pada-Nya. Amin