Selasa, 04 September 2012

Kisah burung pipit dan burung pelatuk


Dahulu kala burung pipit dan burung pelatuk adalah manusia. Mereka adalah bersaudara kakak-adik. Keduanya adalah perempuan. Burung pipit adalah adik perempuan dari burung pelatuk.

Pada suatu ketika Pelatuk dan Pipit di panggil untuk menghadap sang majikan tempat mereka bekerja. “Pelatuk dan Pipit, karena selama ini kalian sangat rajin bekerja, maka aku menghadiahkan benang sutera ini pada kalian, Tenunlah hingga menjadi sebuah kimono indah yang kalian suka!” kata sang majikan sambil menyerahkan dua buah gulungan benang sutera putih yang sangat indah. Akhirnya kedua kakak beradik tersebut memulai pekerjaannya untuk menenun kain kimono yang paling indah.

Namun, di tengah-tengah pekerjaan tersebut, tiba-tiba datanglah sebuah kabar dari ayah mereka yang tinggal di desa. Ayah mereka sedang sakit keras dan meminta kedua anaknya untuk segera pulang. Betapa sedih hati Pipit. Ia segera merampungkan tenunannya malam itu juga karena harus segera pulang ke desa keesokan harinya. Namun kakaknya tidak begitu menghiraukan kabar dari sang ayah. Ia memilih menyelesaikan kain tenunnya itu hingga tuntas. Sedangkan Pipit, karena ia tidak punya banyak waktu untuk menyelesaikan tenunannya, maka Ia hanya bisa membuat sebuah kain kimono putih tanpa hiasan apapun. Setelah berpamitan kepada sang majikan ia pulang ke desa. Desa tempat tinggal sang ayah sangat jauh. Pipit harus berjalan kaki berhari-hari melintasi lembah dan gunung. Dalam terik sinar matahari dan turunnya hujan yang lebat. Akhirnya dengan kimono yang lusuh sampai di rumah. Ia masih sempat bertemu sang ayah dan merawatnya sebentar. Namun setelah itu ayahnya meninggal. Pipit sangat sedih dan menangis tak henti-hentinya.

Beberapa hari kemudian ternyata sang kakek pun pulang juga. Sang kakak tak henti-hentinya menyombongkan kain kimono hasil tenunannya yang berwarna sangat indah. Ia tidak begitu sedih atas kematian sang ayah. Akhirnya sang adik pun menghantarkan kakaknya untuk mengunjungi makam sang ayah. Baik sang adik maupun sang kakak, masing-masing mempersembahkan setangkai bunga yang ditancapkan oleh sang kakak mendadak layu dan akhirnya mati. Dan kemudian muncul sebuah suara dari langit.


“Wahai Pelatuk, karena selama ini engkau hanya mementingkan kimono yang indah daripada ayahmu yang sedang sakit keras, maka mulai sekarang engkau hanya akan bisa makan serangga seumur hidupmu. Sedangkan engkau Pipit, Karena engkau tidak mementingkan kimono dan memilih merawat sang ayah,maka seumur hidupmu engkau boleh makan biji-bijian atau apapun yang engkau suka!” bunyi suara itu.


Sejak saat itu mereka pun berubah menjadi seekor burung. Burung pelatuk memang mempunyai warna bulu yang bagus tetapi ia hanya bisa makan serangga. Sedangkan burung Pipit walaupun mempunyai bulu yang tidak begitu indah, ia bisa memakan apa saja yang ia suka.

Catatan:
Cerita ini berjudul asli Susume to Kitsutsuki (Burung Pipit dan Burung Pelatuk) berasal dari Prefektur Aomori. Nilai-nilai moral yang bisa diambil dari cerita diatas antara lain adalah ketulusan hati dan tidak mementingkan diri sendiri akan mendapatkan imbalan yang pantas, sebaliknya kesombongan dan sifat mementingkan diri sendiri akan menimbulkan berbagai kesulitan di kemudian hari.